Jumat, 01 September 2017

Trip to Lombok: Liburan Awal Tahun part 1

0

Tahun lalu, lupa kapan tepatnya, aku bersepakat dengan mbak Anggi (selanjutnya akan disingkat mbanggi) untuk liburan ke Lombok. Kenapa Lombok? Entah, mungkin hanya karena aku belum pernah ke sana aja, jadinya kepengen, hehe. Sejak saat itu kamipun menabung dan mulai menyusun rencana soal ikut travel atau ngetrip sendiri, berapa lama, ambil cuti atau engga, dan lain-lain. Sampai akhirnya, rencana itu benar-benar terlaksana pada tanggal 22-26 Februari 2017. Yeay!

22 Februari 2017

04.00-06.00
Sesuai jadwal pesawat, kami akan berangkat jam 6 pagi menuju Lombok. Kamipun sepakat untuk berangkat jam 4-an dari kosan ke bandara. Sejak malam udah sepakat, aku bakal nelpon mbanggi kalau dia belum menampakkan tanda-tanda kehidupan sampai waktu yang ditentukan. Tapi, pada kenyataannya, akulah yang telat bangun! Hahahahaha. Jadi, efek gara-gara packing last minute, aku tidur kemaleman, jam setengah 1-an baru tidur. Akhirnya aku baru kebangun jam 4 kurang 15, itupun setelah ditelpon mbanggi. Nggak cukup sampai di situ, taksi yang kami pesan pun nggak dateng-dateng sampe sekitar jam setengah 5. Panik. Tapi Alhamdulillah, kami sampai bandara tepat waktu.

naik maskapai ijo :p

09.15 - 10.00
Perjalanan dari Jakarta ke Lombok memakan waktu sekitar 2 jam-an. Sesampai di Lombok, hal pertama yang ada di benak kami adalah: LAPAR. Kami belum sarapan, cemilan pun nggak menyiapkan. Jadilah kami sampai ke Lombok dengan perut keroncongan. Oh iya, kami bakal ikut paket tur selama 3 hari 2 malam, jadi mbanggi konfirmasi dulu lah ke guide kami kalau mau makan dulu. Setelah makan, kami cus ke destinasi pertama yaitu Desa Wisata Sasak

foto dulu sebelum cabs
10.15 - 11.00
Jarak antara bandara dan Desa Sasak nggak begitu jauh, paling sekitar 15-20 menit saja. Sesampai di Desa Sasak, kami disambut pemandu lokal dan diajak berkeliling-keliling. Rumah adat suku Sasak yang dari luar tampak unik dengan bentukmatap yang besar, ternyata memiliki filosofi yang menarik. Misalnya saja pintu rumah yang dibuat rendah, sehingga siapa saja yang akan masuk maupun keluar harus menundukkan badan, hal ini merupakan simbol untuk menghormati tuan rumah ketika bertamu. Material rumah yang terdiri atas bambu, kayu, dan tali juga memiliki filosofi tersendiri mengenai ayah, ibu, dan anak. Oh ya, terdapat satu bangunan khusus untuk menjual hasil karya penduduk di desa wisata ini, ada yang berupa tas, kain tenun, sampai gelang atau kalung.





 10.30 - 11.00
Setelah jalan-jalan di Desa wisata, perjalanan dilanjutkan menuju wilayah Kuta. Jaraknya nggak terlalu jauh, eh, apa karena nggak macet ya jadi berasa deket? Hehehe. Wilayah Kuta itu rame, tapi nggak banget-banget. Jad yaa, ramainya ala tempat wisata, tapi nggak crowded. Sepanjang mata memandang, di sebelah kanan terhampar pasir putih dan laut biru yang indah. Kirain udah mau turun di situ, tapi ternyata nggak. Ada yang harus ditengok dulu sebelum mampir di Kuta. Apakah ituu?

Jalan dikit untuk naiknya..
Pemandangan dari atas Bukit Merese
Bukit Merese
:D
Bukit Merese menghadirkan pemandangan yang Masya Allah indahnyaaaa. Speechless, dan cuma bisa mengabadikan perbukitan hijau, gradasi warna laut, perpaduan sempurna ciptaan Yang Maha Sempurna. Banyak kerbau yang dilepas untuk merumput di sini. Lucky us, datang pas di musim yang tepat. Kalau lagi kemarau banget, nggak ada pemandangan bukit yang hijau kayak begini. Alhamdulillah :D

kerbau-kerbau merumput :3
kami merumput #eh
seluas mata memandang <3
langitnyaaaa <3
Sungguh dibuat jatuh cinta oleh Bukit Merese. Panasnya matahari udah mulai nggak berasa lagi karena terbuai sama cantiknya pemandangan. Setelah puas foto-foto di sana-sini, kamipun turun, melanjutkan jalan-jalan ke Tanjung Aan, Pantai di dekat Bukit Merese yang nggak kalah mempesona.
Pantai Tanjung Aan
Pantai Tanjung Aan
Disamping pasir putih yang lembut, Pantai Tanjung Aan memiliki tanah bebatuan di tepi-tepinya. Beberapa karang bahkan menjulang tinggi, jadi penasaran gimana dulu bebatuan tinggi di sana terbentuk. Jangan-jangan malah duluuuu banget, tanah bebatuan ini adalah dasar laut, hihi.

Nggak begitu lama waktu yang kami habiskan di Pantai Tanjung Aan, karena perut ini sudah mulai krucuk-krucuk. Kamipun kembali ke arah Kuta untuk makan siang di salah satu tempat makan di sana.

Makannya banyak :p
that view <3
:D
bebatuan
:p
Struktur Pantai Kuta nggak jauh beda dengan Pantai Tanjung Aan, yakni ada tanah bebatuan di tepi-tepinya. Eksotis :D

15.00
Setelah puas kelilingin Pantai Kuta, jam 3 sore kamipun cabs ke Senggigi. Perjalanan mungkin memakan waktu sekitar satu setengah jam (kalau nggak salah ingat, ya, haha). Di Senggigi inilah kami akan menginap malam ini. Menurut mbak Anggi, pas dia browsing, Mascot Beach Hotel ini bagus banget. Aku mah nggak berharap banyak, secara ini trip yang lumayan backpacker kelasnya, hehe. Lagipula, dah sering juga tidur di tenda, jadi nggak masalah lah, wkwkwk. Tapi ternyata oh ternyata. Hotel ini benar-benar beyond expectation...

belakang hotel langsung pantai banget :D
cottages
restonyaa :D
kolam renang :3
cottages
sarapannya :9



candid :p
So sorry kelupaan nggak ngefoto dalam kamarnya, karena buru-buru pengen liat sunset. Jadi bentuk Mascot Hotel ini kayak cottage-cottage gitu, lho. Kamarnya besar, fasilitas yaa sebagaimana kamar hotel wisata lainnya. Tapi yang membuat spesial adalah, bagian belakang hotel ini adalah pantai <3

Setelah sholat dan beberes sebentar, kami langsung keluar kamar, mencoba melihat-lihat sekitar. Ternyata ada kolam renang juga, ada tempat duduk-duduk like a boss, dan ada pintu belakang yang bisa dibuka untuk main-main di pinggir pantai. Melihat arah matahari, sepertinya sunset nggak akan bisa diamati kalau kami cuma berdiam diri di situ, akhirnya kami menjelajah ke arah kanan. Berjalan terus, sampai ke sini.....

Senggigi
Sunset <3
kayak lukisan, Masya Allah <3
Di Lombok, sunset baru bisa dinikmati sekitar jam 18.30. Sebelum cahaya matahari hilang seluruhnya, kami jalan kembali ke hotel untuk sholat, mandi, dan siap-siap pergi nyari makan malam. Jalanan Senggigi itu aman, gitu sih kata mas Agus. Jadi kami nyantai aja jalan nyari warung jam 8an malam. Di sekeliling, banyak resto, tapi banyak lambang bir-nya juga. Resto-restonya halal, sih, tapi aku sama mbanggi aja yang parno kalau lihat lambang bir, hahaha. Ujung-ujungnya, kami malah makan di warung mie ayam yang lokasinya agak nyempil di bibir gang pinggir jalan. Ndakpapa, yang penting nyaman di hati makannya, hehe.

23 Februari 2017

08.00
Pagi datang! Jam 8 banget, kami udah dijemput mas Agus untuk menuju pelabuhan tempa nyeberang ke Gili Trawangan. Yeaaayyy, snorkeling! Sedihnya sih keberangkatan kapal kami agak terhambat,  jadi nunggunya lumayan lama itu untuk berangkatnya, padahal jadwal snorkeling kami jam 11 siang.

pelabuhan
kapal rakyat, kapal kayu banget nih.
Diluar dugaan, ombak lagi gede-gedenya. Aku dan mbanggi cuma bisa berdoa dan pegang tas erat-erat. Ada pelampung sih di kapal, tapi kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, mana sempet kepikiran makai pelampung. Mau pakai pelampung sejak berangkat juga malu, haha. Kapal bergoyang-goyang hebat, kemasukan air pula. Sayang nggak divideokan. Yakali, waktu itu kan deg-degan, nggak kepikiran untuk merekam.

Sekitar jam setengah 11, kami sampai di Gili Trawangan, Alhamdulillah. Nah, dari sini, kami harus nyari sendiri penginapan dan tempat sewa alat snorkeling yang udah jadi partner travel kami. Yup, mas Agus hanya mengantar kami sampai pelabuhan aja. Mondar-mandir kami nyarinya, hiks. Penginapan kami namanya Abdi Hotel and Bungalows. Berkaca dari pengalaman hotel sebelumnya, kami penasaran banget ini hotelnya kayak apa. Setelah mencari dan terus mencari, akhirnya kami nemu juga hotelnya, dan tadaaaaaaa.....


super cute bathroom
Beyond expectation lagiiiii <3

Puas-puasin, sebelum dua hari selanjutnya nginap di homestay backpacker :p

Karena kapal kami terlambat, jadwal snorkeling jadi mundur pulak, jadi jam 1 siang. Pas panas-panasnya, hahahaha. Setelah sholat dzuhur, kami cabs ke meeting point snorkeling. Perut mulai krucuk-krucuk, akhirnya kami sepakat beli bakso untuk bekal snorkeling. Semangkok bakso harganya 20 rebu, hiks. Nah, di meepo snorkeling inilah ada abang-abang sksd. Ngajakin ngobrol aku sama mbanggi. Tros ujung-ujungnya minta kontak. Alamaaaak T.T

Untunglah nggak lama kemudian, kapal snorkelingnya dataaang.. Yeaaayy,, berangkat!

Ada tiga spot snorkeling yang akan dikunjungi, yaitu Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. Spot snorkeling pertama, dengan penuh semangat langsung nyebur! Wuhuuuu..

Everything was fine, sampai aku nyadar kalau arusnya lumayan kenceng buat aku yang nggak bisa berenang. Udah ngayuh-ngayuh ke depan, tetep aja kebawa arus ke bawah kapal. Aku mulai panik. Pilihannya cuma dua. bertahan di pinggir kapal dengan risiko mendelep di bawahnya, atau lepasin pegangan dan kebawa arus njauhin kapal. Berhubung nggak ada jaminan aku bakal naik lagi ke permukaan kalau misal mendelep ke bawah kapal, aku lepasin dah peganganku, pasrah aja kebawa arus njauhin kapal. Mbanggi minta tolong orang kapal untuk nolongin aku yang nyangkutin diri ke tali kapal. Duh, ngenes. Setelah ditolong, akupun naik ke atas kapal. Dengan wajah trauma.

wajah trauma
nih bakso mahal, nggak enak pulak, huft.
 Karena trauma, di spot ke dua, aku cuma nyemplung bentar, dengan tangan yang nggak lepas dari tangga kapal. Takut kebawa arus lagi. Mbanggi nyemplung, dan tau-tau udah kebawa arus pulak ke ujung kapal, lalu ditolongin bule yang juga penumpang kapal kami. Fix, gagal snorkeling, ceritanya. Wkwkwk.

that view <3
buih ombak itu <3
Spot ke tiga, kami nggak nyemplung. Setelah snorkeling spot ke tiga, di Gili Air, kapal kami merapat ke kafe. Cemal cemil time. Sempat takut harganya fantastis, ternyata kami salah dugaaa..
harganya normaaal :D

muka-muka abis gagal snorkeling

tempatnya lucu :D


that lovely tosca <3
beautifulllll <3
kapal pulang
pantulan keperakan yang selalu dirindukan <3
Jam 5 sore kamipun kembali ke penginapan. Bersih diri, dan ibadah. Dan merenungi kegagalan snorkeling kami, haha. Yasudahlah, sudah cukup bahagia dengan pemandangan lautnya yang Masyaa Allah.

Sekitar jam 7 malam, kami keluar nyari makan. Konyolnya, tempat makan partner travel kami tuh kena penertiban, jadi kami nggak dapat jatah makan malam, haha. But dont worry, banyak penjual makanan kok di Gili Trawangan. Oh iya, di sini nggak ada kendaraan bermotor sama sekali loh, yaa, jadi kemana-mana jalan kaki atau naik sepeda. Malam itu kami jalan kaki, pilih-pilih tempat makan. Jangan sampai terjebak seperti bakso siang harinya, wkwk. 

ikan bakar yang yummy abiiisss, beserta minumnya, hanya 50 rebuan sajaaa <3
es krim yang diidam-idamkan mbanggi :D
Karena kami bukan anak malam, setelah makan, kami langsung balik ke penginapan. Sebelum masuk kamar, kami pesan dua sepeda untuk sepedaan keliling pulau besok pagi, sembari berburu sunrise.

Petualangan dua hari pertama dicukupkan dulu yaaa.. Insya Allah jumpa lagi di postingan berikutnya, petualangan di dua hari berikutnya.. See yaa :D

0 komentar:

Posting Komentar